BAB I
Sejarah Agama Islam dan Periodesasinya
Di dalam buku ini disebutkan bahwa sejarah agama Islam di bagi menjadi beberapa periode. Karena tidak ada keseragaman tentang periodesasi sejarah dunia Islam, maka beberapa ahli berpendapat tentang periode sejarah agama Islam ini. Berikut akan saya jelaskan dari beberapa ahli mengenai periodesasi sejarah agama Islam yang saya ambil dari buku sejarah peradaban Islam ini, yakni diantaranya adalalah: Neal Robinson membagi penggal sejarah Islam menjadi empat, yakni era formatif (600-900 M), era klasik (900-1250 M), era posklasik (1250-1700 M), dan era modern (1700-sekarang). Sementara itu menurut Harun Nasution, periodesasi kesejarahan dunia Islam dapat dibagi menjadi tiga, yakni periode klasik, dan periode klasik sejarah Islam ini dipilah menjadi dua. Pertama, 650-1000 M dimana pada periode ini adalah masa ekspansi, integrasi, dan keemasan Islam. Dengan demikian, ini merupakan kemajuan Islam I. Kedua, 1000-1250 M (masa disintegrasi). Pada periode ini muncul dua gerakan keilmuan dalam sejarah intelektual Islam, yakni skolastik dan humaniora. Sejarah keduanya menampilkan satu jalinan hubungan satu sama lain, yang kadang diwarnai pertentangan diantara keduanya, walaupun tidak sampai menimbulkan perpecahan.
A. Sejarah Islam Periode Klasik
1. Masa kemajuan Islam I (650-1000 M)
Dalam buku ini disebutkan bahwa umat Islam mengalami kemajuan pada periode klasik (650-1250 M). Dan puncak kejadian itu terjadi sekitar tahun 650-1000 M. Oleh karena itu pada masa ini disebut masa kemajuan Islam I. Pada masa ini terdapat banyak Ulama-ulama besar baik di bidang tafsir, hadits, fiqh, ilmu kalam, filsafat, tasawuf, sejarah, maupun bidang ilmu pengetahuan lainnya.
Masa kemajuan Islam I merupakan masa ekspansi, integarsi, dan keemasan Islam. Dalam hal ekspansi sebelum Nabi Muhammad SAW wafat pada tahun 632, seluruh semenanjung Arabia telah tunduk dibawah kekuasaan Islam. Ekspansi di daerah-daerah diluar Arabia dimulai pada zaman khalifah pertama, yakni Abu Bakar ash-Shiddiq pada tahun 632 M, tetapi 2 tahun kemudian meniggal dunia. Masanya yang singkat itu banyak dipergunakan untuk menyelesaikan perang Riddah, yang ditimbulkan oleh suku-suku Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada Madinah. Mereka menganggap bahwa perjanjian yang mereka buat dengan Nabi Muhammad SAW dengan sendirinya tidak mengikat lagi setelah beliau wafat, selanjutnya mereka mengambil sikap dengna menentang Abu Bakar. Adapun Khalid bin Walid adalah jenderal yang banyak jasanya dalam mengatasi perang Riddah.
Pada zaman Utsman bin Affan (644-656 M), Tripoli, Ciprus, dan beberapa daerah lain berhasil dikuasai, namun gelombang ekspansi pertama berhenti sampai disini. Dikalangna umta Islam mulai terjadi perpecajan lantaran masalah pemerintahan dan timbulnya kekacauan lantaran akibat terbunuhnya Utsman.
Sebagai pengganti Utsman, Ali bin Abi Thalib disahkan menjadi khalifah ke empat (656-661 M). Sayangnya ia mendapat tantangan dari pihak pendukung Utsman, terutama Mu’awiyah, Gubernur Damaskus, golongan Thalhah, dan Zubair si Makkah, serta kaum Khawarij.
Ali, sebagaimana pengganti Utsman, terbunuh dan Mu’awiyah menjadi khalifah kelima. Selanjutnya, Mu’awiyah membentuk Dinasti Bani Umayyah (661-750 M), dan ekspansi kedua terjadi pada masa dinasti ini. Pada zaman Mu’awiyah, uqban bin Nafi’ menguasai Tunis. Disana ia mendirikan kota Kairawan pada tahun 670 M, yang kemudian menjadi salah satu pusat kebudayaan Islam.. Sedangkan Mu’awiyah dapat memperoleh daerah Kurasan samapi sungai Oxus dan Afganistan sampai Kabul.
Kemudian, masa Bani Abbasiyah (750-754 M). Masa kemajuan Islam I diakui oleh para orientalis Barat. Ada beberpa pendapat kaum orientalis mengenai periode klasik ini. Di antaranya, Christoper Dawson berucap, “Periode kemajuan Islam ini bersamaan masanya dengan abad kegagalan di dunia Barat (Eropa).”
H. McNeill berkata, “Kebudayaan Kristen di Eropa pada tahun 600-1000 M mengalami masa surut yang rendah. Pada aba XI, Eropa mulai sadar terhadap adanya peradaban Islam yang tinggi di dunia Timur. Melalui Spanyol, Sicilia, Perang Salib peradaban itu sedikit demi sedikit dibawa ke Eropa.” Jacques C. Rislar juga menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dan teknik Islam sangat mempengaruhi kebudayaan Barat.
2. Fase Disintegerasi (1000-1250 M)
Fase ini merupakan fase pemisahan diri dinasti-dinasti dari kekuasaan pusat, yang dilanjutkan dengan perebutan kekuasaan antara dinasti-dinasti tersebut untuk menguasai satu sama lain. Adapun contihnya adalah sebagai berikut:
a. Dinasti Buwaihi yang menguasai daerah Persia dikalahkan oleh Saljuk, pimpinan Tughril Beg (1076 M)
b. Dinasti saljuk sewaktu dipimpin Nizamul Mulk dikalahkan oleh dinasti Hasysyasin, pimpinan Hasan Bin Sabah. Dinasti saljuk dikalahkan total pada Perang Salib oleh Paus Urban II (1096-1099 M).
B. Sejarah Islam Periode Pertengahan
Periode pertengahan dibagi menjadi dua. Pertama, fase kemunduran (1250-1500 M). Pada masa ini, desentralisasi dan disintegrasi meningkat. Perbedaan Sunni dan Syi’ah. Pada zaman ini dunia Islam dibagi menjadi dua, yaitu Arab (yang terdiri atas Arab, Irak, Suria, Palestina, Mesir dan Afrika Utara, dengan Mesir sebagai pusat) serta Persia(yang terdiri atas Balkan, Asia kecil, Persia, dan Asia Tengah).
Kedua, fase tiga kerajaan besar (1500-1700 M), yang dimulai dengan zaman kemajuan (1500-1700 M), kemudian zaman kemunduran (1700-1800 M). Tiga kerajaan besar ini adalah Kerajaan Usmani (Ottoman Empire) di Turki, kerajaan Safawi di Persia, dan Kerajaan Mughal di India.
Zaman kemunduran ditandai oleh Kerajaan Usmani terpukul di Eropa, Kerajaan Safawi dihancurkan oleh serangan-serangan suku bangsa Afgam, serta daerah kekuasaan Mughal diperkecil oleh pukulan-pukulan para raja India. Kekuatan militer dan politik umat Islam menurun. Sehingga mereka mengalami kondisi kemunduran drastis. Akhirnya pada tahun 1798, Napoleon menduduki Mesir, sebagai salah satu pusat Islam terpenting. Jatuhnya pusat umat Islam ke tangna barat menginsafkan dunia Islam.
C. Sejarah Islam Periode Modern (1800-Sekarang)
Periode ini merupakan periode kebangkitan umat Islam. Masa modern pada umat Islam ditandai oleh gerakan pembaruan dalam beragam bidang, diantaranya ialah bidang agama, politik, dan ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni, budaya, dan lain-lain.
BAB II
Tanah Arab; Kehidupan Bangsa Arab sebelum Islam
Sebelum Islam datang, di Jazirah Arab telah terlebih dahulu berkembang agama-agama lain (yang mendahului Islam), yakni agama Nasrani ynag berkembang dibagian utara Jazirah Arab dan agama Yahudi yang berkembang di Madinah, tetapi kepercayaan dan cara penyembahan kedua agama tersebut terhadap Tuhan tidak terlalu berpengaruh terhadap kehidupan keagamaan komunitas Arab pada umumnya, yaitu kultur arab asli yang didalmanya terdapat unsur-unsur millah (agama) Ibrahim.
Selain sudah memiliki agam dan kepercayaan, bangsa Arab di Jazirah Arab pra-Islam juga dikenal sebagai bangsa yang sudah memiliki kemajuan ekonomi. Letak geografis yang cukup strategis. Bahkan bangsa Arab telah dapat mendirikan kerajaan, seperti kerajaan Saba’, Ma;in, Qutban, serta Himyar. Semuanya itu adalah wilayah Yaman
A. Jazirah Arab Pra Islam
Jazirah Arab dikelilingi oleh laut di tiga sisinya dan padang pasir di satu sisi lainnya. Jazirah Arab terletak disebelah barat daya Benua Asia, dengan luas sekitar 3.000.000 km2.
Jazirah Arab menjelang kelahiran Islam diapit oleh dua kerajaan besar, yaitu Romawi Timur disebelah barat sampai Laut Adriatik dan Persia di sebelah timur sampai Sungai Dijlah. Kedua kerajaan besar itu disebut hegemoni di wilayah sekitar Timur Tengah.
Islam yang dasar-dasarnya diletakkan oleh Nabi Muhammad SAW di Mekkah dan Madinah merupakan agama murni, yang tidak dipengaruhi oleh perkembangan agama-agama ysng ada di sekitarnya maupun kekuasaan politik yang meliputinya.
Jazirah Arab dibagi menjadi delapan bagian, dan setiap bagian mempunyai karakter masing-masing. Adapun ke delapan bagian itu meliputi: Hijaz, Yaman, Hadramaut, Muhrah, Oman, Al-Hasa, Najd, Ahqaf. Fase kehidupan bangs Arab tanpa bimbingan wahyu Ilahi dan hidayah sangatlah panjang. Oleh sebab itu, diantara mereka banyak ditemukan tradisi yang sangat buruk, misalnya saja: Perjudian atau maisir, minum arak (khamar) dan berfoya-foya, nikah istibdha’, mengubur anak perempuan hidup-hidup, membunuh anak-anak, ber-tabarruj, Pria yang mengambil wanita sebagai gundik, prostitusi, fanatiseme kabilah.
Untuk kondisi agama, menurut Thalib Thahir Abdul Mu’in, hakikat ibadah penduduk jahiliyah ialah hasil dari salah satu dua perasaan, yakni perasaan yang salah terhadap sesuatu, karena hanya berdasarkan pada pancaindera, seperti perasaan terhadap salah satu kekuatan yang ada di alam. Misalnya, perasaan orang-orang Mesir kuno yang menganggap keistimewaan itu pada sapi, matahari, Sungai Nil, dan lain sebagainya.
Perasaan tersebut mendorong manusia ke arah kepercayaan yang salah. Tetapi, meskipun salah, perasaan itu sangat membekas dalam kehidupan masyarakat ketika itu. Bahkan bekas-bekas itu hingga kini masih terlihat dikalangan umat yang terbelakang. Berhala Wad atau Waddan menjadi sesembahan kabilah Kalb, berhala Sua atau Sua’an menjadi sesembahan kabilah Huzdail, berhala Yaghuts menjadi sesembahan kabilah bani Khuthaif, berhala Nasr menjadi sesembahan kabilah Himyar.
B. Bangsa Arab dan kehidupannya sebelum hadirnya Nabi Muhammad SAW.
Berkenaan dengan kehidupan Ibrahim, yaitu sekitar abad 22 SM, penggunaan istilah Arab menggambarkan bahwa Ibrahim merupakan sebuah anakronisme. Hal ini dapat ditunjukan dengan mengulas sejarah penggunaan kata “Arab” oleh penduduk asli Semenanjung Arab dan masyarakat lainnya.
Ditinjau dari nasabnya, bangsa Arab terbagi menjadi tiga, yakni bangsa Arab Al-Ba’idah, Al-’Aribah, dan Al-Musta’rabah. Mengenai bahasa Arab yang digunakan, berabad-abad lamanya sebelum Nabi Ismail As. lahir, sebelu ada kota Makkah, bahasa Arab sudah bebrkembang di Yaman, namun bahasa Arab sendiri memiliki perkembangan. Bahasa Arab menjadi sempurna setelah terjadi percampuran dengan bangsa berbahasa Ibrani, yakni Ismai bin Ibrahim As. Setelah masa Nabi Ismail As., bahsa Arab terus mengalami perkembangan, perbedaan dalam pengucapan dan tata bahasa terus bertambah.
Ketika itu memang belum ada kesepakatan bersama antara tokoh-tokoh bahasa Arab untuk menciptakan satu kaidah standar bagi bahasa Arab. Bahasa Arab justru menjadi lebih sempurna dan tidak banyak mengalami perubahan setelah Al-Qur’an turun.. Bisa dikatakan Al-Qur’an adalah kitab suci yang menggugah dan menyinergikan bangsa Arab untuk membuat satu kaidah utuh tentang bahasa Arab.
Arab termasuk salah satu dari rumpun bahsa Semit (Samiyah). Bahasa Semit merupakan cabang dari bahasaAfro-Asiatik. Pada masa pra-Islam (jahiliyah), bahasa Arab mulai mencapai masa puncaknya. Hal ini diawali dengan keberhasilan orang-orang Arab Badui di bawah pimpinan suku Quraisy menaklukan penduduk padang pasir. Mulai saat itu, bahasa Arab mulai dijadikan sebagai bahasa utama dan mempunyai kedudukan yan mulia ditengah kehidupan masyarakat sahara.
Setelah mengetahui sedikit mengenai bahasa yang digunakan pada masa pra-Islam, jauh sebelum Islam datang, bangsa Arab sudah menjadi sebuah bangsa yang eksistensinya diakui oleh dunia. Namun ironisnya bangsa Arab dikenal sebagai bangsa yang buruk perilaku dan perangainya. Ada banyak sekali kerusakan moral yang terjadi dan sudah menjadi kebiasaan bangsa Arab pra-Islam. Hal-hal buruk tersebut diantaranya adalah: Suka minum arak, suka berjudi, suka main wanita (pelacuran), suka melakukan nikah istibda’, mengubur hidup-hidup anak perempuan, suka membunuh anak-anak baik laki-laki maupun perempuan, suka tabarruj, suka melakukan perselingkuhan, menjual budak wanita sebagai pelacur, suka berkelahi dan berperang, sombong dan angkuh.
Meskipun terkenal sebagai bangsa yang kurang bermoral, bangsa Arab pra-Islam juga memiliki prestasi yang patut diacungi jempol. Mereka terkenal sebagai bangsa yang maju dalam bidang perniagaan, pertukangan, dan kemajuan lainnya.
BAB III
Nabi Muhammad SAW dan Perkembangan Awal Agama Islam.
Nabi Muhammad SAW lahir pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awal tahun Gajah di kota Makkah, yang bertepatan dengan tanggal 20 April 571 M. Nabi Muhammad mendapat julukan dari Quraisy, yaitu Al-Amin, dan Ash-Shadiq. Setelah masa kenabian, para sahabat memanggil beliau dengan gelar “Rasul Allah”, kemudian menambahkan kalimat shallallahu ‘alaihi wasallam (SAW). Mengenai nasab dan silsilah Nabi Muhammad SAW, menurut sebuah sumber beliau memiliki nasab atau garis keturunan yang sangat mulia. Beliau juga keturunan para nabi, yaitu dari garis nabi Ismail bin Ibrahim. Silsilah keturunan atau nasab beliau, baik dari pihak ayah maupun pihak ibu, sebagaimana yang ada sandaran atau isnadnya sampai Adnan, dan Adnan adalah keturunan dari Nabi Ismail bin Ibrahim.
Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul pada usia 40 tahun, pada malam hari pada tanggal 17 Ramadhan, yang bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 611 M. Diriwayatkan , Malaikat Jibril datang dan membacakan surat pertama dari Al-qur’an yaitu surat Al-Alaq. Muhammad diperintahkan membaca ayat yang telah disampaikan kepada beliau, namun beliau mengelak dan berkata “Aku tidak bisa membaca.”. Malaikat Jibril mengulangi 3 kali meminta agar Muhammad membaca, tetapi jawabannya tetap sama. Setelah kejadian di gua Hira’ tersebut, Muhammad kembali ke rumah. Diriwayatkan bahwa beliau merasakan suhu tubuh panas dan dingin secara bergantian akibat peristuwa yang baru saja dialami. Beliau meminta istrinya agar memberinya selimut.
Diriwayatkan, bahwa kemudian Khadijah membawa Nabi Muhammad SAW ke tempat sepupunya ynag juga seorang Nasrani, yaitu Waraqah bin Naufal. Waraqah banyak mengetahui nubuat tentang nabi terakhir dari kitab-kitab suci kristen fan yahudi. Mendengar cerita yang dialami oleh Muhammad, Waraqahpun menerangkan bahwa Muhammad telah dipilih oleh Tuhan menjkadi seorang Nabi. Kemudia Waraqah menyebutkan bahwa Malaikat Jibril telah datang kepada Nabi Muhammad SAW. Kaumnya Muhammad akan mengatakan bahwa Muhammad adalah seorang penipu. Mereka akan memusuhi dan melawannya.
Rasulullah menerima ayat-ayat Al-Qur’an secara berangsur-angsur dalam jangka waktu 23 tahun. Ayat-ayat tersebut diturunkan berdasarkan kejadian faktual yang terjadi, sehingga hampir setiap ayat Al-Qur’an turun disertai dengan asbabun nuzulnya ( sebab/ kejadian yang mendasari turunnya ayat). Ayat-ayat yang turun sejauh itu dikumpulkan sebagai kompilasi bernama al-Mushaf yang juga dinamakan Al-Qur’an.
Sebagaimana Nabi lainnya Rasulullah SAW memiliki empat sifat utama, yakni, shiddiq, tabligh, amanah, fathanah. Tugas dan misi Nabi Muhammad SAW yaitu, membawa ajaran Islam, menyampaikan ajaran dari Allah SWT kepada umat manusia, memberi kabar gembira dan peringatan kepada manusia, dan menyempurnakan akhlak manusia. Masyarakat Quraisy tidak senang menerima kehadiran Islam yang dibawa oleh beliau, namun beliau dan para sahabat tidak putus asa dan terus berusaha mendakwahkan Islam secara sembunyi-sembunyi, kemudian terang-terangan. Rasulullah berdakwah di Makkah kurang lebih 3 tahun, sebelum akhirnya hijrah ke Madinah.
Nabi Muhammad SAW wafat menjelang tengah hari, pada hari Senin (Legi), tanggal 12 Rabi’ul Awal tahun 11 Hijriyah, bertepatan dengan tanggal 8 Juni 632 M, di Madinah. Jenazah Rasulullah SAW dikebumikan pada malam Selasa tanggal 13 Rabi’ul Awal tahun 11 Hijriyah, atau bertepatan dengan tanggal 9 Juni 632 M. Beliau menghembuskan nafas terakhir di kediaman Aisyah.
Rasulullah SAW memperistri Khadijah pada usia 25 tahun, dan setelah Khadijah wafat, beliau menikah dengan Sawda binti Zam’a, Aisyah bin Abu Bakar, Hafsah binti Umarm, Zainab binti Khuzayma, Salama binti Umayya, Zainab binti Jahsh, Juayriya binti al-Harith, Safiyya binti Huyayy, Ummu Habiba binti Sufyan, Maimuna binti al-Harith, Mariya al-Qibtiyya.
Beralih ke sejarah awal Islam pada masa beliau. Sejarah perkembangan agama Islam periode awal (masa Nabi Muhammad SAW) dapat dibedakan menjadi dua periode, yakni periode Makkah dan Madinah. Dalam periode Makkah dan Madinah, dakwah yang diemban oleh Nabi Muhammad SAW. Dapat dibagi menjadi empat tahapan.
Pertama, dakwah secara sembunyi-sembunyi (berlangsung selama tiga tahun di Makkah)
Kedua, dakwah secara terang-terangan, yang disampaikan hanya secar lisan( tahap ini juga terjad di Makkah, sampai Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah)
Ketiga, dakwah secara terang-terangan dengna melibatkan kekuatan bersenjata untuk menghadapi para pembangkang atau orang-orang yang lebih dulu menyerang Islam (tahap ini berlangsung di Madinah sampai Nabi Muhammad SAW melakukan perjanjian Hudaibiyah)
Keempat, dakwah secara terang-terangan yang dilakukan juga dengan mengangkat senjata untuk menghadapi orang-orang musyrik, atei, ataupun penyembah berhala yang menghalangi dakwah Islam atau menolak memeluknya setelah dakwah disampaikan kepada mereka ( tahap inilah yang menjadi titik tolak penerapan hukum jihad dalam Islam).
1. Periode Makkah
Pada priode Makkah ini, ajaran Islam di sebarkan dengan cara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan. Dakwah secara sembunyi-sembunyi ditempuh karena Nabi Muhammad SAW begitu yakin bahwa masyarakat Arab jahiliyah masih sangat kuat mempertahankan kepercayaan dan tradisi warisan leluhur, yakni menyembah berhala. Mereka bersedia berperang dan rela mati demi menjaga tradisi leluhur tersebut.
Setelah Rasulullah menerima risalah kenabian mulailah beliau mendakwahkan ajaran Islam ditengah ketersesatan masyarakat Makkah jahiliyah.. Ajaran dakwah beliau yang paling pokok adalah keyakinan kepada Allah SWT yang Maha Esa (tauhid). Nabi Muhammad SAW tidak mengajak mereka, kecuali dalam hal kebajikan dan keshalihannhya. Awalnya beliau mulia dakwah ini di lingkungan keluarga, mula-mula istri beliau sendiri, lalu kemudian para sahabat beliau.
Selain itu ada pula banyak orang yang masuk Islam dengan perantara Abu Bakar, yang terkenal dengan julukan assabiqunal awwalun (orang-orang yang lebih dahulu masuk Islam).
Mereka bertemu Nabi Muhammad SAW, secara rahasia. Apabila salah seorang diantara mereka ingin melaksanakan salah satu ibadah, ia perhi ke lorng-lorong Makkah seraya bersembunyi dari pandanga orang-orang Quraisy. Pengikut beliau semakin bertambah jumlahnya. Dalam waktu kurang lebih 3 tahun, tercatat pengikit beliau sudah berjumlah 40 orang.
Setelah itu Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW melakukan dakwah secara terang-terangan. Hal ini sebagaiman dijelaskan dala firman Allah SWT, berikut :
“Maka sampaikanlah olehmu secar terang-terangan segala apa yang telah diperintahkan (kepadamu), dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (QS. Al-Hijr (15):94)
Dalam dakwah secara terang-terangan Nabi Muhammad SAW menggunakan strategi-strategi berikut:
a. Mengundang kerabat keturunan dari Bani Hasyim untuk menghadiri jamuan makan dan mengajak mereka masuk Islam.
b. Mengumpulkan para penduduk Makkah, terutama ynag bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul di bukit Shafa
c. Menyampaikan seruan dakwah kepada para penduduk di luar kota Makkah.
Sayangnya dakwah Nabi Muhammad SAW secara terang-terangan ditentang oleh bangsa Quraisy, dengan alasan bahwa mereka tidak dapat meninggalkan agama yang sudah mereka warisi dari nenk moyang mereka.
Saat itulah Nabi Muhammad SAW mengingatklan mereka mengenai perlunya membebaskan pikiran dan akal dari belenggu taklid. Ketika beliau mencela Tuhan-Tuhan mereka, membodohkan mimpi-mimpi mereka, dan mengancam tindakan taklid buta kepada nenk moyang mereka dalam menyembah berhala, mereka menetang dan sepakat memusuhi beliau, kecuali sang paman, Abu Thalib, yang membela beliau.
Referensi:
Aizid, Rizem. 2015. Sejarah Peradaban Islam Terlengkap. Yogyakarta: DIVA Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar